0 com
KK11
(MENGKALIBRASI INSTRUMEN LOGAM)
1. Pengertian
Kalibrasi
Kalibrasi adalah menentukan
kebenaran konvensional penunjukkan alat melalui cara perbandingan dengan
standar ukurnya yang tertelusur ke standar Nasional/Internasional. Kalibrasi
bisa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar
nasional maupun internasional bahan – bahan acuan tersertifikasi, serta mengikuti petunjuk didalam ISO/IEC 17025:2005.
Pada umumnya kalibrasi
merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat
pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi
tertentu, contohnya :
- Thermometer
dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan
disesuaikan ( melalui konstanta kalibrasi ). Sehingga thermometer tersebut
menunjukkan temperature yang sebenarnya dalam celcius pada titik – titik
tertentu disklala.
2. Ketentuan
– ketentuan pokok kalibrasi
- Perangkat
baru
- Suatu
perangkat setiap waktu tertentu
- Suatu
perangkat setiap waktu penggunaan tertentu ( jam operasi )
- Ketika
suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah
kalibrasi
- Ketika
hasil pengamatan dipertanyakan
3. Metode
– metode kalibrasi
- Kurva
kalibrasi
Sejumlah larutan baku
dengan variasi konsentrasi disiapkan, kemudian diukur menggunakan instrument
dan respon instrument dicatat
- Adisi
standard
Metode yang digunakan untuk
analit dalam matriks yang kompleks, yang mengakibatkan terjadinya interfrensi
dalam respon instrument, sering disebut juga metode spiking
- Standard
Internal
Umumnya digunakan dalam GC
dan HPLC
Suatu senyawa
reference/pembanding ( standar interal ) dengan volume / massa yang konstan
ditambahkan ke dalam larutan standard dan sampel.
4. Ada
dua kalibrasi di Indonesia :
- Kalibrasi
teknis ( untuk proses Produksi )
Kalibrasi peralatan alat
ukur yang tidak langsung berhubungan dengan dunia perdagangan. Dilakukan oleh
LABORATORIUM kalibrasi terakreditasi KAN
( diakui secara Nasional ).
- Kalibrasi
Legal ( untuk keperluan Umum )
Kalibrasi peralatan alat
ukur untuk keperluan perdagangan dilakukan oleh Direktorat Metrologi – Depdag
5. Sumber
– sumber yang mempengaruhi hasil kalibrasi :
- Prosedur
- Kalibrator
- Tenaga
pengkalibrasi
- Periode
kalibrasi
- Lingkungan
- Alat
yang dikalibrasi
6. Interval
waktu kalibrasi :
- Selang
waktu antara satu kalibrasi alat ukur denagn kalibrasi berikutnya. Interval kalibrasi
bisa dinyatakan dalam beberapa cara antara lain:
a. Waktu
Kalender ( 1 tahun sekali, dan seterusnya )
b. Waktu
pemakaian ( 1000 jam pakai dan seterusnya )
c. Kombinasi
cara pertama dan kedua, tergantung mana yang lebih dahulu tercapai.
7. Istilah
dalam kalibrasi alat ukur :
- Resolusi
Nilai skala terkecil /
suatu ekspresi kuantitatif dari kemampuan alat penunjuk untuk perbedaan yang
cukup berarti antara nilai yang terdekat dari jumlah yang ditunjukan.
- Akurasi
Kemampuan dari alat ukur
untuk memberikan indikasi kedekatan terhadap harga sebenarnya dari objek yang
diukur.
- Presisi
Kecenderungan data yang
diperoleh dari perulangan mengindikasikan kecilnya simpangan ( deviasi ).
- Reaptibility
Ukuran variasi statistic
data yang dihasilkan bila pengukuran dilakukan oleh personal, perlengkapan,
serta ruangan dengan kondisi yang lama.
- Readability
Kemampuan dari indra
manusia dalam membaca data yang dihasilkan oleh suatu instrument.
8. Mengidentifikasi
alat yang dikalibrasi.
- Membuat
jadwal kalibrasi ( internal/external )
- Menyiapkan
alat dan bahan
- Melakukan
kalibrasi
- Membuat
laporan kalibrasi
- Evaluasi
hasil kalibrasi
- Sesuai
standar
a. Ya
( mencatat / memasang table kalibrasi )
b. Tidak
( melakukan evaluasi data dampak dari penyimpangan alat ke laporan ke membuat
laporan kerusakan ke prosedur perbaikan alat ).
9. Tujuan
kalibrasi :
- Menentukan
deviasi ( penyimpangan ) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu
instrument ukur.
- Menjamin
hasil – hasil pengukuran sesuai dengan standar – standar nasional maupun
internasional .
- Untuk
mencapai ketertelusuran pengukuran melalui rangkaian perbandingan tak terputus
– putus.
- Menentukan
apakah peralatan masih layak digunakan sesuai dengan fungsinya.
- Deteksi,
korelasi, melaporkan dan mengeliminasi setiap variasi keakuratan alat uji.
10. Manfaat
kalibrasi antara lain :
- Mendukung
system mutu yang diterapkan diberbagai industry pada peralatan laboratorium dan
produksi yang dimiliki.
- Mengetahui
seberapa jauh perbedaan ( penyimpangan ) antara harga benar dengan harga yang
ditunjukan oleh alat ukur.
- Menjaga
kondisi instrument ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesiikasinya.
11. Beberapa
kebutuhan untuk proses kalibrasi
- Adanya
Obyek Ukur ( Unit Under Test )
- Adanya
Calibrator ( Standard )
- Adanya
prosedur kalibrasi
- Adanya
teknisi yang telah bersertifikasi
- Lingkungan
terkondisi dengan baik
- Hasil
kalibrasi itu sendiri, yaitu Quality Record berupa sertifikasi kalibrasi.
12. Pengertian
Kalibrasi menurut ISO/IEC GUIDE 17025 : 2005 dan VIM
( Vocabulary Of International Metrology
)
KALIBRASI adalah
serangkainan kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditujukan oleh
instrument ukur/system pengukuran atau nilai diwakili oleh bahan ukur, dengan
nilai – nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur
dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain kalibrasi adalah untuk menentukan
kebenaran, konvensional nilai penunjukan alat ukur dengan cara membandingkan
terhadap standar ukur yang mampu tertelusur ( traceable ) ke standar Nasional
untuk satuan ukur/internasional.
13. Ketentuan
– Ketentuan Pokok Kalibrasi
- Sifat
Umum Alat Ukur
Alat ukur merupakan alat
yang dibuat manusia sehingga ketidaksempurnaan adalah ciri utama.
Ketidaksempurnaan dapat diketahui melalui istilah Rantai Kalibrasi. Istilah
Rantai Kalibrasi antara lain :
- Kepekaan ( Sensitivity )
Kemampuan Alat ukur
menerima, mengubah dan meneruskan isyarat sensor ( dari sensor menuju ke bagian
penunjuk, pencatat, atau pengolah data pengukuran ). Kepekaan alat ukur
ditentukan terutama oleh bagian pengubah, sesuai denagn prinsip kerja yang
diterapkan.
- Histerisis ( Histerysis )
Perbedaan atau penyimpangan
yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah
yang berlawanan ( mulai dari skala Nol sampai skala maksimum kemudian diulangi
dari skala maksimum sampai skala Nol ). Histerisis muncul karena adanya gesekan
pada bagian pengubah alat ukur.
- Keterbacaan ( Readability )
Keterbacaan skala dengan
penunjuk digitallebuh tinggi dibandingkan dengan keterbacaan skala dengan jarum
penunjuk.
- Kestabilan Nol ( Zero Stability )
Suatu penyimpangan yang
membesar tetapi dengan harga yang tetap atau berubah – ubah secara rambang tak
stabil, dikarenakan ketidakkakuan system pemegang alat ukur atau benda ukur,
kelonggaran system pengencang atau keausan system pemosisi.
- Pengembangan ( Floating )
Kadang-kadang
terjadi pula jarum penunjuk dari alat ukur yang digunakan posisinya
berubah-ubah. Atau kalau penunjuknya dengan sistem digital angka paling kanan
atau angka terakhir berubah-ubah. Kejadian seperti ini dinamakan pengambangan.
Kepekaan dari alat ukur akan membuat perubahan kecil dari sensor
diperbesar oleh pengubah. Makin peka alat ukur makin besar pula kemungkinan
terjadinya pengambangan. Untuk itu, bila menggunakan alat-alat ukur yang mempunyai
jarum penunjuk pada skalanya atau penunjuk digital harus dihindari adanya
kotoran atau getaran, juga harus digunakan metode pengukuran yang secermat
mungkin.
- Pergeseran
( Shifting, Drift )
Pergeseran
adalah penyimpangan yang terjadi dari harga-hargayang ditunjukkan pada skala
atau yang tercatat pada kertas grafikpadahal sensor tidak melakukan perubahan
apa-apa. Kejadian seperti in sering disebut dengan istilah pergeseran, banyak
terjadi pada alat-alatukur elektris yang komponen-komponennya sudah tua.
- Kepasifan
/ kelambatan Reaksi ( Passivity )
Kepasifan
Kadang-kadang sewaktu dilakukan pengukuran terjadi pula bahwa jarum penunjuk
skala tidak bergerak sama sekali pada waktu terjadi perbedaan harga yang kecil.
Atau dapat dikatakan isyarat yang kecil dari sensor alat ukur tidak menimbulkan
perubahan sama sekali pada jarum penunjuknya. Keadaan yang demikian inilah yang
sering disebut dengan kepasifan atau kelambatan gerak alat ukur Untuk alat-alat
ukur mekanis kalaupun terjadi kepasifan atau kelambatan gerak jarum penunjuknya
mungkin disebabkan oleh pengaruh pegas yang sifat elastisnya kurang sempurnya.
Pada alat ukur pneumatis juga sering terjadi kepasifan ini misalnya lambatnya
reaksi dari barometer padahal sudah terjadi perubahan tekanan udara. Hal
inidisebabkan volume udaranya terlalu besar akibat dari terlalu panjangnya pipa
penghubung sensor dengan ruang perantara.
BLOK UKUR ( GAUGE BLOCK )
Blok ukur dalam bahasa inggris dikenal dengan berbagai nama
yaitu Gauge block, End gauge, Slip gauge,
Jo gauge, dan Johansen gauge. blok ukur ini dianggap sebagai alat ukur
standar, sesuai dengan fungsinya, blok ukur mempunyai dua permukaan yang
disebut muka ukur. Muka ukur ini sangat halus, rata, sejajar dan mempunyai
jarak atau ukuran tertentu. Karena kehalusan dan kerataan muka ukurnya itu,
maka dua atau lebih blok ukur dengan formasi berbagai ukuran, ukuran itu
selanjutnya, dapat digunakan sebagai ukuran standar untuk proses pengukuran tak
langsung. Blok ukur biasanya dibuat dari Baja karbon tinggi, baja paduan, atau
karbida logam yang telah mengalami proses laku panas ( heat treatment ).
Sifat – sifat Block Gauge :
1.
Tahan
aus, disebabkan oleh kekerasannya sangat tinggi ( 65 RC ).
2.
Tahan
korosi, sifat ini dimiliki oleh Stainlees Steel .
3.
Koefisien
muainya sama dengan baja komponen mesin ( 12 x 10-60, C -1 ).
4.
Kestabilan
dimensi yang baik.
Set Blok Ukur 112 buah dengan Tebal
Dasar 1 MM
Selang/Jarak antara
|
Kenaikan
|
Jumlah Blok
|
1.001 – 1.009
|
0.001
|
9
|
1.010 – 1.490
|
0.010
|
49
|
0.50 – 24.50
|
0.50
|
49
|
100
|
25
|
4
|
1.0005
|
-
|
1
|
|
|
Jumlah 112
|
Set Blok Ukur 112 buah dengan Tebal
Dasar 2 MM
Selang/Jarak antara
|
Kenaikan
|
Jumlah Blok
|
2.001 – 2.009
|
0.001
|
9
|
2.010 – 2.490
|
0.010
|
49
|
0.50 – 24.50
|
0.50
|
49
|
25 - 100
|
25
|
4
|
2.0005
|
-
|
1
|
|
|
Jumlah 112
|
Langkah – langkah perawatan Block Gauge
:
1. Ambil
beberapa blok ukur sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Lalu, letakkan diatas
lap yang bersih dan tutup kembali kotak penyimpannannya.
2. Bersihkan
Vaseline yang menutupinya dengan menggunakan wash bensin. Lalu, keringkan
dengan lap lembut yang bersih, misalnya kain katun, kertas tisu, atau kulit
lembu. Letakkan kembali blok ukur yang telah bersih itu diatas alas yang bersih
dengan posisi muka ukur terletak disamping.
3. Satukan
block ukur dalam satu tempat, caranya letakkan salah satu blok ukur dengan
posisi menyilang ( 900 ) dari blok ukur lainnya. Kemudian, tekan
salah satunya dengan cara memutar agar sejajar. Apabila ada kotoran, pemutaran
jangan diteruskan, periksa muka ukurnya dan bersihkan kembali.
4. Blok
ukur yang tipis jangan disatukan dengan blok ukur tipis lainnya. Sebab, secara
tidak sengaja alat itu akan terdeformasi secara permanen ( melengkung ).
Akibtnya lengkungan itu, lengkungan kecil sekalipun, dapat menghilangkan sifat
saling melekat. Apabila dua blok ukur tipis terpaksa harus disatukan, lakukan
dengan hati – hati, caranya dengan menggeser
5. Susunlah
blok ukur secara berurutan, hingga dicapai ukuran yang dikehendaki, sebliknya
blok ukur yang tipis diletakkan diposisi tengah. Lebih baik jika digunakan 2
blok ukur pelindung yang masing – masing terletak pada ujung susunan.
6. Hindari
pemegangan yang lama, sebab blok ukur ynag dipegang terlalu lama, temperaturnya
akan meninggi dibandingkan dengan temperature benda dan alat ukur lainnya.
7. Sewaktu
pengukuran atau kalibrasi dilakukan, muka ukur dari kedua ujung susunan blok
ukur harus dijaga dengan hati – hati. Hindarkan gesekan – gesekan yang
berlebihan ( dengan permukaan benda ukur maupun dengan permukaan sensor alat
ukur lain ).
8. Setelah
blok ukur dipakai, pisahkan susunannya dengan menggeser satu per satu. Pada
dasarnya blok ukur tidak boleh saling melekat dalam jangka waktu lama, sebab
semakin lama melekat daya adhesi akan semakin kuat, sehingga sulit dipisahkan
dan dapat merusak muka ukur.
9. Blok
ukur disimpan kembali. Bersihkan terlebih dahulu blok ukur dari sidik jari dengan
lap yang bersih. Jika ada kotoran yang melekat, bersihkan dengan wash bensin
lalu simpan pada tempatnya.
WRINGING
Wringing adalah teknik penyusunan
beberapa blok ukur untuk mendapatkan susunan sesuai kebutuhan/perhitungan.
Teknik pelaksanaan Wringing :
1. Tentukan
system pengukuran yang dipakai ( Metrik/Inci )
2. Tentukan
Range/kisaran/jangkauan yang dapat dipakai. Bagikan blok ukur yang sering
dipakai dengan yang tidak.
3. Pilih
jangkauan/range blok ukur yang sesuai.
4. Pilih
bentuk blok ukur yang tepat ( persegi panjang atau persegi )
5. Pilih
blok ukur yang digunakan.
6. Pilih
tingkat ketelitian yang digunakan.
CARA PERHITUNGAN
KOMBINASI BLOK UKUR
Set Blok ukur 112 dengan ketebalan 1
MM.
Contoh : Dimensi yang digunakan 98,773
98,773
1,003 Perseribu
97,770
1,270 Perseratus
96,500
21,500 Persepuluh
75,000
75,000 Satuan
0
Alat Pengukuran dan
Penggunaannya
A. Pembacaan
Langsung
1. Mistar
Baja
2. Vernier
Calipper
- Jangka
Sorong Nonius
- Jangka
Sorong Batas ( Dial Snap Caliper )
3. Mikrometer
- Mikrometer
Luar dengan Landasan ( Anvill ) tetap
yang dapat diganti ( Outside Micrometer With interchangeable
anvil ).
- Mikrometer
Luar
- Mikrometer
Indikator
- Mikrometer
Dalam
- Mikrometer
Kedalaman
B. Alat
Ukur tidak Langsung
1. Alat
ukur standar
- Blok
ukur ( Gauge Block )
- Batang
Ukur ( Length Bar )
- Kaliber
Induk Tinggi ( Height Master )
2. Alat
ukur pembanding
- Jam
ukur ( Dial Indicator )
- Pupitas
atau jam ukur test
- Pembanding
( Comparator )
- Kaliber
batas ( Limit Gauge )
C. Alat
ukur sudut
1. Alat
ukur sudut langsung
- Busur
baja ( Steel Enginer Protractor )
- Busur
bilah ( Bevel Protractor )
2. Alat
ukur sudut tidak langsung
- Rol
dan Bola
- Batang
sinus
- Senter
sinus
- Dobel
meja sinus dan busur sinus
- Blok
sudut
- Auto
kalimator ( Angle Décor )
D. Alat
ukur Kedataran
- Sipat
( pisau perata )
- Perangkat
kombinasi
- Alat
ukur permukaan ( surface table )
- Meterprofil
- Optimal
plat
TEKNIK KALIBRASI
A. Jangka
Sorong
1. Siapkan
Caliper checker atau gauge block dan alat bantunya
2. Gunakan
kain halus, basahkan sedikit kain tersebut dengan cairan wash benzin.
3. Bersihkan
permukaan ukur standar maupun Vernier
Caliper.
4. Baca
dan catat suhu serta kelembaban relative awal ruang kerja.
- Gunakan
pisau pelurus atau denga kedua permukaan ukur Block Guage.
- Perhatikan
cahaya yang menyisip pada rahang atas/bawah.
5. Periksa
kesejajaran permukaan ukur vernier
caliper.
6. Periksa
penyimpanan penunjukan skala
- Ukurkan
pada blok – blok yang tersusun pada caliper
checker.
- Ulangi
langkah tersebut 3x pengamatan/pendapatan.
7. Baca
dan catat suhu serta kelembaban relative akhir ruang kerja.
8. Lapisi
caliper checker dengan lemak
pelindung karat dan kembalikan pada tempatnya.
B. Mikrometer
Luar ( Outside Micrometer ).
1. Siapkan
gauge block inspection micrometer beberapa
kotak set yang tersedia ( pegang gauge
block dengan sarung tangan halus ).
2. Dengan
kapas atau kain halus basahkan sedikit dengan wash benzin, bersihkan permukaan
ukur gauge block dan tempatkan pada
tempat yang bersih pada kulit chamois.
3. Usahakan
permukaan blok ukur bersih bagai cermin, jika belum ulangi langkah no 3
4. Baca
dan catat suhu serta kelembaban relative awal ruang kerja.
5. Periksa
kerataan dan kesejajaran permukaan ukur Outside
Mcrometer
- Jauhkan
kedua muka ukur ( Anvil ) dengan memutar barel
- Ukurkan Optical flat pada Fixed
anvil, baca dan catat jumlah frinjinya
- Ulangi
langkah b pada measuring anvil,
kemudian rapatkan.
6. Periksa
penyimpangan penunjukan
- Dudukan
Micrometer atau gauge block pada holder,
kunci posisinya.
- Ukurkan
terhadap gauge block yang telah ditentukan, baca dan catat
penunjukan micrometer, bila pada posisi nol garis ukur bergeser, kembalikan ke
posisi nol dengan menggunakan kunci penyetel.
- Ulangi
langkah b, sampai 3x pengamatan.
7. Baca
dan catat suhu serta kelembaban relative akhir ruang kerja
8. Lapisi
gauge block dengan lemak pelindung karat dan kembalikan
pada tempatnya.
DOKUMEN KALIBRASI :
Meliputi, manual book, work instruction log book.
Laporan hasil kalibrasi :
Format isian nilai ukur untuk menentukan nilai koreksi, format isian
ketdakpastian untuk menentukan sumber kesalahan.
PROSEDUR
UMUM KALIBRASI
1. Pencatatan
awal keadaan ruang kerja
2. Pelaksanaan
uji visual
3. Pelaksanaan
uji fungsional
4. Penyetelan
kedudukan geometris
5. Penyetelan
Nol measuring Equipment
6. Pengambilan/pencatatan
data kalibrasi
7. Pencatatan
akhir keadaan ruang kerja
8. Analisi
data kalibrasi
9. Penetapan
nilai koreksi dan ketidakpastian hasil kalibrasi
10. Pembuatan
laporan/sertifikat kalibrasi.
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
23.15
Langganan:
Postingan (Atom)