RINCIAN NOVEL
Judul : Please
Look After Mom ( Ibu Tercinta )
Kategori : Buku
Jenis : Sastra
dan Fiksi
Penulis : Kyung
Sook Shin
Alih Bahasa :
Tanti Lesmana.
Desain &
Ilustrasi Cover : Eduard Iwan Mangopang.
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama.
Terbit : Cetakan
I, September 2011
Tebal : 296 hlm,
ilus : 13.5 x 20.
ISBN :
978-979-22-7486-8.
Cover :
Softcover
Biografi Penulis
Shin
Kyung Sook (lahir 12 Januari 1963) adalah seorang penulis Novel asal Korea
Selatan. Dia adalah wanita Korea pertama yang memenangkan Hadiah Sastra Asia
Man pada tahun 2012.
Kehidupan
:
Shin
Kyung Sook lahir pada tahun 1963 di sebuah desa dekat Jeongeup di Provinsi
Jeolla di selatan Korea. Dia adalah anak keempat dan putri tertua dari enam
bersaudara. Orang tuanya adalah petani, dengan keterbatasan biaya Orang tua
Shin tidak mampu menyekolahkan shin sampai perguruan tinggi, sehingga pada umur
16 tahun ia pindah ke Seoul, di mana kakaknya tinggal. Dia bekerja di sebuah
pabrik elektronik. Dia membuat debut sastra nya pada tahun 1985 pada musim
dingin, dengan novel pertama berjudul novella itu Fable, setelah lulus dari
Institute of the Arts Seoul sebagai menulis kreatif utama. Shin, bersama dengan
Kim In-suk dan Gong Ji-young, salah satu dari kelompok penulis perempuan yang
disebut Generasi 386 .
Dia
memenangkan Munye Joongang Prize Penulis Baru untuk novel nya, Fables musim
dingin. Shin telah memenangkan berbagai macam hadiah sastra termasuk Young
Artist Award dari Korea Departemen Kebudayaan , Olahraga dan Pariwisata,
Hankook Ilbo Hadiah Sastra , Hyundae Penghargaan Sastra , Manhae Hadiah Sastra
, Dong-in Literary Award , Yi Sang Literary Award , dan Oh Yeongsu Hadiah
Sastra . Pada tahun 2009, terjemahan Perancis karyanya, A Room Lone (La Chambre
Solitaire) adalah salah satu pemenang Prix de l'Inapercu , yang mengakui karya
sastra baik yang belum mencapai khalayak luas. Internasional hak atas copy
juta-best seller juga telah ia raih.
1.2 Penerbit
Gramedia Pustaka Utama adalah anak
perusahaan dari Kelompok Kompas Gramedia yang bergerak di bidang penerbitan
buku yang mulai menerbitkan buku sejak tahun 1974. Buku fiksi pertama yang
diterbitkan penerbit ini adalah novel Karmila, karya Marga T, yang disusul
dengan buku seri anak-anak seperti Cerita dari Lima Benua, Album Cerita
Ternama, dll. Terbitan buku non-fiksi pertama Gramedia adalah Hanya Satu Bumi
karya Barbara Ward dan René Dubois dengan bekerjasama dengan Yayasan Obor.
Gramedia Pustaka Utama selalu menerbitkan buku-buku bermutu baik
terjemahan maupun karya asli dalam negeri, diantaranya untuk jenis fiksi adalah
Harry Potter karya JK Rowling, novel-novel karya Sidney Sheldon, Agatha
Christie, Marry Higgins Clark, Sandara Brown, Mira W, Maria A. Sardjono,
Hilman, dan masih banyak lagi. Untuk nonfiksi ada karya-karya Robert Kiyosaki,
Stephen Covey, Vincent Gasperz, Tung Desem Waringin, Rhenald Kasali, Adi
Gunawan, dan lain-lain.
Sinopsis Buku
Sepasang suami-istri hendak mengunjungi
anak-anak mereka di Seoul dengan menggunakan transportasi kereta bawah tanah.
Setelah beberapa stasiun terlewat, barulah sang suami menyadari bahwa istrinya
tidak ada lagi bersamanya. Ia menghilang.
Seluruh anggota keluarga pun berkumpul di rumah Hyong-chol, si
anak sulung, untuk merencanakan usaha pencarian Ibu. Mereka pun memutuskan
untuk membuat selebaran dan membagi-bagikannya di tempat Ibu terakhir kali
dilihat. Bahkan, mereka menjanjikan hadiah sebesar lima juta won bagi orang
yang menemukan Ibu.
Selama masa pencarian itulah, masing-masing anggota keluarga
mengalami semacam flashback akan kenangan-kenangan bersama sang Ibu. Berbagai
penyesalan pun menyeruak bersama kenangan-kenangan itu.
Chi-hon, si putri sulung, menyesal karena sering membentak-bentak
dan berkata kasar kepada ibunya. Pekerjaannya sebagai penulis terkenal
membuatnya sering bolak-balik ke luar negeri untuk menghadiri seminar-seminar
dan semacamnya. Namun, ia jarang sekali menghubungi Ibu. Chi-hon teringat salah
satu kenangan manis bersama ibunya. Dulu, Ibu pernah mengajaknya menjual
anak-anak anjing ke pasar. Setelah anak anjing terakhir terjual, Ibu bertanya
pada Chi-hon, apakah ingin dibelikan sesuatu. Chi-hon meminta dibelikan buku
yang dipilihnya sendiri. Ia pun memilih buku Human, All Too Human karya
Nietzche. Ibu memberinya uang untuk membayar buku itu, tanpa menawar. Padahal,
biasanya Ibu menawar harga sebelum membeli apa pun.
“Hanya ada dua kemungkinan: sang Ibu menjadi sangat dekat dengan
anak perempuannya, atau mereka menjadi asing terhadap satu sama lain.” (hlm.
26)
Hyong-chol, si anak sulung, merasa bersalah karena tidak bisa
menepati janjinya kepada Ibu untuk menjadi jaksa. Waktu kecil, saat Ibu pergi
karena dikhianati Ayah, Hyong-chol berjanji pada Ibu bahwa jika sudah besar
nanti, ia akan menjadi jaksa. Sang Ibu menanggapi janji itu dengan
sungguh-sungguh. Padahal, saat itu Hyong-chol berjanji karena ia mengira ia
harus menjadi jaksa supaya ibunya tetap mau tinggal di rumah. Sejak saat itu,
Ibu melarang Hyong-chol membantunya mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. “Kalau
ingin menjadi jaksa, kau mesti belajar yang rajin. Jauh lebih rajin dari yang
selama ini kaulakukan,” begitu ujar Ibu pada Hyong-chol. Begitu sayangnya Ibu
pada putra sulungnya itu, sampai ia rela menjual cincinnya untuk membayar uang
pangkal Hyong-chol untuk melanjutkan sekolah.
Sang suami pun menyesal karena selama ini ia tak pernah
memperlakukan istrinya dengan baik. Kerap kali ia pergi dari rumah dan
berselingkuh dengan wanita lain. Akan tetapi, istrinya tetap setia padanya dan
selalu sabar mengobati suaminya ketika jatuh sakit. Sang suami juga menyadari
ada banyak hal mengenai istrinya yang tidak ia ketahui. Padahal, mereka sudah
tinggal bersama selama puluhan tahun.
“Setelah dia hilang, barulah keberadaannya terasa begitu nyata,
seolah-olah kau tinggal mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.” (hlm. 152)
Buku ini terdiri dari lima bab
yang masing-masing diceritakan dengan sudut pandang berbeda. Butuh konsentrasi
untuk memahaminya. Selesai membaca pun, terdapat beberapa hal yang masih belum
bisa saya pahami di buku ini. Namun, saya rasa tak jadi soal. Membaca buku ini
akan membuat kita bertanya pada diri sendiri, “Apa yang sudah kulakukan untuk
membahagiakan Ibu?” Tentu tidak seberapa dibandingkan banyaknya pengorbanan
yang telah dilakukan Ibu untuk kita. Bahwa terkadang kita lupa bahwa Ibu
tetaplah manusia yang punya perasaan, harapan, dan cita-cita sendiri. Sudahkah
kita membantu beliau mewujudkan harapannya itu? Atau selama ini, kita tidak
pernah memedulikannya, atau bahkan tidak tahu? Tak heran jika
di beberapa bab, penulis menggunakan sudut pandang orang kedua, seolah ia
hendak menyindir perlakuan kita terhadap ibu selama ini.
“Kau tidak bisa lagi berkata bahwa kau mengenal ibumu sepenuhnya.”
(hlm. 34)
Kenalilah ibu kita dan berusahalah untuk tidak membuatnya sedih
karena perilaku kita. Rengkuhlah ia, dengarkan kisah-kisahnya, dan yang paling
penting, tolonglah jaga ibu….
UNSUR INSTRINSIK
1.
Tema
Kekeluargaan dan
Pendidikan.
2.
Plot
Alur yang dipakai dalam novel ini adalah
alur gabungan.
Karena
hampir seluruh isi cerita menceritakan Flashback yang berupa memori kehidupan
dahulu dan perjalanan kedepannya.
3.
Sudut Pandang Pengarang (
Point Of View )
Pada bab I
pengarang menggunakan sudut pandang Orang kedua tanpa orang pertama, dengan
“Kau” disini adalah putri ke tiga si Ibu yaitu Yoon Chi – Hon.
Pada bab II
pengarang menggunakan sudut pandang Orang ketiga, dengan “dia-nya” disini
adalah putra sulung ibu yaitu Yoon Hyong – chol.
Bab 3
kembali memakai "kau", tapi "kau"-nya bukan Chi-hon lagi
melainkan suami si Ibu alias ayah dari kelima anak si Ibu.
Bab 4
campur; ada "aku" yang merupakan si Ibu sendiri dan "kau"
yang merujuk ke banyak orang: putri keempat si Ibu, kakak ipar si Ibu,
"selingkuhan" si Ibu, juga suami si Ibu.
Sedangkan Bab 5 adalah epilog yang
kembali menggunakan Chi-hon sebagai "kau".
4.
Penokohan
Dalam novel
ini pengarang memaparkan dan menjelaskan secara langsung watak sang tokoh dan
tidak berbelit – belit ( Teknik Ekspositoris ).
Sifat tokoh yang digunakan adalah Protagonis, karena tokoh yang
diceritakan tersebut memiliki sifat – sifat positif.
5. Amanat
Mengingatkan
kepada para pembaca betapa pentingnya kehadiran dan peranan seorang ibu, betapa
besar cinta seorang ibu untuk anak-anak dan suaminya, meskipun seringkali
dikecewakan dan disakiti. Namun yang terpenting adalah buku ini seakan meminta
pembacanya untuk selalu menjaga, menghargi dan mencintai sosok ibu dalam
kehidupannya.
Pesan Moral
:
Manusia
tidak akan pernah mensyukuri sesuatu yang dimilikinya sampai sesuatu itu hilang
.
selain itu
kita harus bersyukur tentang hal-hal sekecil apa pun yang ada di sekeliling
kita terutama orang tua yang selama ini mungkin kita lupakan
.
Keunggulan Novel :
1.
Isi cerita novel Menciptakan
dan menghidupkan karakter demi karakter dan yang paling penting adalah mampu
menyisipkan emosi demi emosi di setiap babnya.
2.
Banyak narasi dan minim
dialog.
3.
Kisahnya sangat indah,
bagaimana ibu, digambarkan di sini, berjuang demi anak-anaknya, menghadapi
suami yang kabur dari rumah, serta menghadapi kerasnya kehidupan di tengah
kemiskinan
Kelemahan Novel :
1. Tampilan dari novel sedikit bosan
2. Pemotongan paragraf dari novel aslinya berbeda dengan paragraf –
paragraf Indonesia karena novel ini berliteratur Korea.
3.
Minimnya keterangan tentang
tokoh-tokohnya, bahkan tidak semua tokoh di buku ini namanya dibeberkan.
Ciri khas Novel :
1.
Banyak narasi dan minim
dialog. Karena, seperti Tango, di dalam buku ini narasi yang lebih dominan
berperan. Kehadiran dialognya bisa dibilang sangat sedikit.
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
13.38
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar